
Pikiran itu begitu mendalam ada di saya sehabis nonton karena saya sendiri merasa di belantara banjir benda-benda di zaman ini rasanya kok penghargaan kita pada benda-benda cenderung hanya dari nilai gunanya saja. Habis pakai, lalu dibuang atau disingkirkan. Ya, memang betul kita akan langsung berpikir soal nilai kesejarahan sebuah benda manakala yang kita hadapi adalah benda antik, misalnya. Tapi ya itu tadi, di zaman kita ini adalah zaman banjir benda-benda, dan yang saya maksud di sini adalah benda-benda baru keluaran sistem produksi industrial. Kita seperti diarahkan untuk hanya menghargai benda dari nilai kegunaannya saja.
Dalam bidang teknologi, nampaknya akan ada kecenderungan bahwa penghargaan untuk nilai kesejarahan sebuah prosuk teknologi akan mati sama sekali. Siapa yang bisa bangga menggunakan telpon selular yang bentuknya chubby, tidak bisa mengirim sms, berat, dan hanya untuk menelpon saja ? Parahnya lagi, produk keluaraan pabrik yang terbaru selalu lebih baik / bagus dari sebelumnya, bahkan lebih murah. Kita jadi gampang tergiur untuk membeli lagi, mengupdate lagi apa yang kita punya supaya tak ketinggalan dengan tren yang ada. Ada kecurigaan saya di sini. Mengapa ada kecenderungan bahwa produk yang lebih bagus / murah selalu muncul belakangan sesudah kita menggunakan / mengadopsi barang sebelumnya yang banyak kekurangannya dan mahal ? Apa jangan-jangan para periset di industri itu memang sengaja mengeluarkan barang setengah matang. Yang penting laik guna meski tidak sempurna. Lalu lempar saja ke pasar. Untung akan di dapat, dan untung akan didapat lagi ketika barang yang punya fungsi sama diupdate teknologinya, dipercanggih. Lalu iming-imingnya adalah lebih murah, lebih menguntungkan, dsb. Coba bayangkan, kenapa sistem operasi komputer mesti ganti-ganti terus ? Kenapa CDMA dipopulerkan belakangan setelah kita semua punya yang GSM ? Mungkin saya naif karena perkembangan teknologi tidak selalu sejajar dengan produksinya secara massal pada industri, tapi siapa yang tidak kesal ?

(bersambung)